Hormon pada tumbuhan ( Fitohormon )

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Makhluk hidup selalu mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan
adalah proses kenaikan volume yang bersifat irreversible (tidak dapat
balik) karena adanya penambahan substansi termasuk di dalamnya ada
perubahan bentuk yang menyertai penambahan volume tersebut. Sedangkan
perkembangan adalah proses menuju kedewasaan pada makhluk hidup yang
bersifat kualitatif yaitu makhluk hidup dikatakan dewasa apabila alat
perkembangbiakannya telah berfungsi. Seperti pada tumbuhan apabila telah
berbunga maka tumbuhan itu sudah dikatakan dewasa.
Tumbuhan juga mengalami pertumbuhan dan perkembangan seperti
memanjangnya batang, akar dan sebagainya. Pemekaran bunga, pemasakan
buah adalah slaah satu perkembngan yang dialami oleh tumbuhan. Pemekaran
bunga dan pemasakan buah kalau kita teliti lebih lanjut sangatlah
bervariasi sesuai dengan lingkungan dan jenis pohon itu sendiri. Kalau
kita amati, pada saat musim-musim tertentu pertumbuhan bunga sangat
pesat dan begitu juga dengan pematangan buahnya. Sebenarnya apa yang
mengatur semua pemekaran bunga, pemanjangan atau pertumbuhan tunas-tunas
baru pada tumbuhan tersebut.
Oleh sebab itu kita harus tahu hal-hal yang menyebabkan semua kejadian
yang terjadi pada tumbuhan tersebut. Hormon merupakan hasil sekresi
dalam tubuh yang dapat memacu pertumbuhan, tetapi ada pula yang dapat
menghambat pertumbuhan.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat kami sampaikan adalah sebagai berikut:
1.2.1. Apakah yang dimaksud dengan hormone tumbuhan?
1.2.2. Hormon apakah yang merangsang pertumbuhan tumbuhan?
1.2.3. Hormon apakah yang menjadi penghambat tumbuhan?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan daripada penyusunan makalah yang berjudul Hormon Tumbuhan adalah sebagai berikut:
1.3.1 Tujuan Umun
Dengan penyususnan makalah yang mengenai hormone tumbuhan ini bertujuan
untuk ikut serta menyumbangkan buah pikiran dalam bidang mata kuliah
Fisiologi Tumbuhan. Khususnya tentang hormone-hormon yang ada pada
tumbuhan yang berkaitan dengan keadaan tumbuhan.
1.3.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini dapat dijelaskan sebagai beriku:
1.3.2.1 Untuk mengetahui yang dimaksud atau disebut dengan hormone tumbuhan.
1.3.2.2 Untuk mengetahui hormon yang merangsang pertumbuhan tumbuhan.
1.3.2.3 Untuk mengetahui hormone yang menghambat tumbuhan.
1.1 Manfaat
Penyususnan makalah ini memiliki dua manfaat yaitu manfaat teoritis dan
manfaat praktis. Kedua manfaat tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1.4.1 Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis yang didapatkan dari hasil penyususnan makalah ini
adalah salah satu pelajaran dalam rangka menambah wawasan dalam bidang
Fisiologi Tumbuhan yang mengenai hormone tumbuhan.
1.4.2 Manfaat Praktis
Praktikum ini juga memberi manfaat praktis yaitu sebagai acuan dan bahan
perbandingan dalam mempelajari Fisiologi Tumbuhan. Sebagai pelatihan
dalam menyusun makalah. Materi-materi yang ada di dalam makalah ini
dapat sebagai acuan untuk mempelajari hormone tumbuhan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hormon
Hormon tumbuhan, atau pernah dikenal juga dengan fitohormon, adalah
sekumpulan senyawa organik bukan hara (nutrien), baik yang terbentuk
secara alami maupun dibuat oleh manusia, yang dalam kadar sangat kecil
(di bawah satu milimol per liter, bahkan dapat hanya satu mikromol per
liter) mendorong, menghambat, atau mengubah pertumbuhan, perkembangan,
dan pergerakan (taksis) tumbuhan
Penggunaan istilah “hormon” sendiri menggunakan analogi fungsi hormon
pada hewan. Namun demikian, berbeda dari hewan, hormon tumbuhan dapat
bersifat endogen, dihasilkan sendiri oleh individu yang bersangkutan,
maupun eksogen, diberikan dari luar sistem individu. Hormon eksogen
dapat juga merupakan bahan non-alami (sintetik, tidak dibuat dari
ekstraksi tumbuhan). Oleh karena itu, untuk mengakomodasi perbedaan ini
dipakai pula istilah zat pengatur tumbuh
Hormon tumbuhan merupakan bagian dari sistem pengaturan pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan. Kehadirannya di dalam sel pada kadar yang sangat
rendah menjadi prekursor (“pemicu”) proses transkripsi RNA. Hormon
tumbuhan sendiri dirangsang pembentukannya melalui signal berupa
aktivitas senyawa-senyawa reseptor sebagai tanggapan atas perubahan
lingkungan yang terjadi di luar sel. Kehadiran reseptor akan mendorong
reaksi pembentukan hormon tertentu. Apabila konsentrasi suatu hormon di
dalam sel telah mencapai tingkat tertentu, atau mencapai suatu nisbah
tertentu dengan hormon lainnya, sejumlah gen yang semula tidak aktif
akan mulai berekspresi.
Dari sudut pandang evolusi, hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses
adaptasi dan pertahanan diri tumbuh-tumbuhan untuk mempertahankan
kelangsungan hidup jenisnya.
Hormon tumbuhan tidak dihasilkan oleh suatu kelenjar sebagaimana pada
hewan, melainkan dibentuk oleh sel-sel yang terletak di titik-titik
tertentu pada tumbuhan, terutama titik tumbuh di bagian pucuk tunas
maupun ujung akar. Selanjutnya, hormon akan bekerja pada jaringan di
sekitarnya atau, lebih umum,
ditranslokasi ke bagian tumbuhan yang lain untuk aktif bekerja di
sana. Pergerakan hormon dapat terjadi melalui pembuluh tapis, pembuluh
kayu, maupun ruang-ruang antarsel.
Dalam menjalankan perannya, hormon dapat berperan secara tunggal maupun
dalam koordinasi dengan kelompok hormon lainnya. Contoh koordinasi antar
hormon ditunjukkan oleh proses perkecambahan. Embrio biji tidak tumbuh
karena salah satunya dihambat oleh produksi ABA dalam jaringan embrio
biji. Pada saat biji berada pada kondisi yang sesuai bagi proses
perkecambahan, giberelin dihasilkan. Apabila nisbah giberelin:ABA tidak
mencapai titik tertentu, perkecambahan gagal. Apabila nisbah ini
melebihi nilai tertentu, terjadi perkecambahan. Apabila nisbah
giberelin:ABA masih berada di sekitar ambang, konsentrasi sitokinin
menjadi penentu perkecambahan.
Terdapat ratusan hormon tumbuhan atau zat pengatur tumbuh (ZPT) yang
dikenal orang, baik yang endogen maupun yang eksogen. Pengelompokan
dilakukan untuk memudahkan identifikasi, dan didasarkan terutama
berdasarkan perilaku fisiologi yang sama, bukan kemiripan struktur
kimia. Pada saat ini dikenal lima kelompok utama hormon tumbuhan, yaitu
auksin (auxins), sitokinin (cytokinins), giberelin (gibberellins, GAs),
asam absisat (abscisic acid, ABA), dan etilena (etena, ETH). Selain itu,
dikenal pula kelompok-kelompok lain yang berfungsi sebagai hormon
tumbuhan namun diketahui bekerja untuk beberapa kelompok tumbuhan atau
merupakan hormon sintetik, seperti Oligosakarin san brasinosteroid,.
Beberapa senyawa sintetik berperan sebagai inhibitor (penghambat
perkembangan).
Pemahaman terhadap fitohormon pada masa kini telah membantu peningkatan
hasil pertanian dengan ditemukannya berbagai macam zat sintetik yang
memiliki pengaruh yang sama dengan fitohormon alami. Aplikasi zat
pengatur tumbuh dalam pertanian modern mencakup pengamanan hasil,
memperbesar ukuran dan meningkatkan kualitas produk (misalnya dalam
teknologi semangka tanpa biji), atau menyeragamkan waktu berbunga
(misalnya dalam aplikasi etilena untuk penyeragaman pembungaan tanaman
buah musiman).
Sejauh ini dikenal sejumlah golongan zat yang dianggap sebagai fitohormon, yaitu :
2.2 Hormon Auksin
Istilah auksin ( auxin ) sebetulnya digunakan untuk menjelaskan segala
jenis bahan kimia yang membantu proses pemanjangan koleoptil, meskipun
auksin sesungguhnya memiliki banyak fungsi baik pada monokotil maupun
dikotil. Auksi alamiah yang diekstraksi dari tumbuhan merupakan suatu
senyawa yang dinamai asam indolasetat ( Indolecetid acid, IAA ). Selain
auksin alamiah ini beberapa senyawa lain, termasuk beberapa senyawa
sintetik, memiliki aktivitas auksin. Namun diseluruh bab ini nama auksin
digunakan khusus untuk IAA. Meskipun auksin mempengaruhi beberapa aspek
perkembangan tumbuhan, salah satu fungsinya yang peling penting adalah
merangsang perkembangan sel pada tunas muda yang sedang berkembang.
Berikutadalahcontohpengaruhcahayaterhadaphormonauksin yang
mempengaruhiperkembanganselpadabijikacanghijau, yang
manauntukmembandingkan pertumbuhan biji kacang hijau kitaakanmencobadi
dua tempat yang berbeda yaitutempat terang dan tempat gelap.
Dari gambar-gambar di
atasdapatdisimpulkanbahwahormonauksinlebihaktifapabila di tempatgelap.
Hormon auksin dihasilkan pada bagian koleoptil (titik tumbuh) pucuk
tumbuhan. Jika terkena cahaya matahari, auksin menjadi tidak aktif.
Kondisi fisiologis ini mengakibatkan bagian yang tidak terkena cahaya
matahari akan tumbuh lebih cepat dari bagian yang terkena cahaya
matahari. Akibatnya, tumbuhan akan membengkok ke arah cahaya matahari.
Auksin yang diedarkan ke seluruh bagian tumbuhan mempengaruhi
pemanjangan, pembelahan dan diferensiasi sel tumbuhan. Auksin yang
dihasilkan pada tunas apikal batang dapat menghambat tumbuhnya tunas
lateral. Bila tunas apikal batang dipotong maka tunas lateral akan
menumbuhkan daun-daun. Peristiwa ini disebut dominansi apikal. Inilah
yang menjadi penyebab kecambah yang berada di tempat gelap lebih cepat
pertumbuhan tingginya, dibandingkan dengan kecambah yang berada di
tempat terang
Gambar 2.3Sifatauksin yang menjauhimatahari
Maristem apikal suatu tunas merupakan tempat utama sintesis auksin.
Karena auksin dari apeks tunas bergerak turun ke daerah pemanjangan sel,
hormon akan merangsang pertumbuhan sel-sel tersebut, yaitu sekitar 10-8
sampai 10-3M. pada konsentrasi yang lebih tinggi, auksin bisa
menghambat pemanjangan sel. Hal ini barangkali disebabkan oleh tingginya
level auksin yang menginduksi sintesis hormon lain, yaitu etilen, yang
umumnya bekerja sebagai inhibitor pertumbuhan tumbuhan akibat
pemanjangan sel.
Kecepatan auksin menuruni batang dari apeks tunas sekitar 10 mm/jam,
jauh lebih cepat untuk ukuran difusi, meskipun lebih lambat dari pada
translokasi pada floem. Auksin kelihatannya diedarkan langsung melalui
jaringan parenkim, dari satu sel ke sel berikutnya. Auksin berpindah
hanya dari ujung tunas ke pangkalnya, bukan dengan arah sebaliknya.
Transpor auksin searah ini disebut transport polar. Transpor polar tidak
memiliki kaitan sama sekali dengan gravitasi, karena auksin bergerak
kea rah atas pada percobaan dimana suatu segmen batang atau potongan
koleoptil ditempatkan terbalik. Transport polar auksin memerlukan
energy.
Mekanisme dari transport polar auksin merupakan satu contoh kerja
seluler yang digerakkan oleh kemiosmosis, pemanfaatan gradient H+ yang
dibangkitkan oleh pompa proton.
Menurut hipotesis pertumbuhan asam, pompa proton yang terletak didalam
membran plasma memainkan peranan dalam respons pertumbuhan dari sel-sel
terhadap auksin. Pada daerah pemanjangan suatu tunas, auksin merangsang
pompa proton, yaitu suatu tindakan yang menurunkan pH pada dinding sel (
gambar 1.1 ). Pengasaman dinding ini mengakibatkan enzim-enzim yang
memecahkan ikatan silang (ikatan hydrogen) yang terdapat antara
mikrofibril-mikrofibril selulosa, sehingga melonggarkan serat-serat
dinding sel. Karena dindingnya sekarang lebih plastis, sel bebas
mengambil tambahan air melalui osmosis dan bertambah panjang. Namun agar
bias tumbuh terus setelah perubahan awal ini, sel-sel harus membuat
lebih banyak sitoplasma dan bahan dinding. Auksin juga merangsang
respons pertumbuhan berkelanjutan ini.
Efek lain auksin , selain merangsang pemanjangan sel untuk pertumbuhan
primer, auksin mempengaruhi pertumbuhan sekunder dengan cara menginduksi
pembelahan sel pada kambium dan dengan mempengaruhi diferensiasi xylem
sekunder. Auksin juga mningkatkan aktivitas pembentukan akar adventif
pada pangkal potongan dari suatu batang, suatu efek auksin yang
digunakan dalam budang hortikultura dengan cara mencelupkan
potongan-potongan batang di dalam media perakaran yang mengandung auksin
sintetik. Benih yang sedang berkembang juga mensintesis auksin, yang
meningkatkan pertumbuhan buah pada banyak tumbuhan. Auksin sintetik
disemprotkan ke pohon tomat untuk menginduksi perkembangan buah tanpa
perlu melakukan penyerbuakan. Ini memungkinkan kita untuk menanam tomat
tanpa biji dengan menggantikan auksin dalam keadaan normal akan
disintesis oleh biji.
2.3 Sitokinin
Sitokinin ( cytokinin ) ditemukan pada waktu para saintis sedang
melakukan upaya uji coba untuk menemukan aditif kimiawi yang bias
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan sel tumbuhan di dalam kultur
jaringan. Pada tahun 1940-an johanes van Overbeek yang bekerja pada Cold
Spring Harbor Laboratory di new York, menemukan bahwa ia dapat
merangsang pertumbuhan embrio tumbuhan dengan cara menambahkan santan,
endosperma cairdari biji kelapa raksasa, ke media kulturnya. Satu decade
sesudahnya, Folke skoog dan Carlos O. Miller, di university of
Wisconsin, menginduksi pembelahan sel tembakau yang sedang ditumbuhkan
dalam kultur dengancara menambahkan sempel DNA yang sudah membusuk.
Unsure penyusun aktif pada kedua adiktif itu ternyata adalah
bentuk-bentuk adenine yang sudah termodifikasi, yaitu salah satu
komponen asam-nukleat. Pengatur-pengatur pertumbuhan ini diberi nama
sitokinin karena mereka merangsang sitokinesis atau pembelahan sel. Dari
berbagai macam sitokinin yang terdapat secara alamiah pada tumbuhan
yang paling umum adalah zeatin, yang dinamai demikian karena senyawa ini
pertama kali ditemukan pada jagung ( Zea mays ) setelah mempelajari
beberapa fungsi sitokinin, perhatikan bahwa hormon-hormon ini diperkuat
atau diperlemah oleh hormon-hormon lain khususnya auksin.
Sitokinin dihasilkan di dalam jaringan-jaringan yang tumbuh secara aktif
khususnya di dalam akar, embrio dan buah. Sitokin yang dihasilkan pada
akar akan mencapai jaringan sasaranya dengan cara bergerak naik
sepanjangtumbuhan itu dalam getah xylem. Bersama-sama dengan auksin,
sitokinin merangsang pembelahan sel dan mempengaruhi jalur diferensiasi.
Pengaruh sitokinin terhadap sel-sel yang tumbuh pada kulit jaringan
member petunjuk bagaimana kelompok ini berfungsi didalam suatu tumbuhan
yang utuh.ketika potongan parenkhima dari batang dibiakkan tanpa
sitokinin, sel- sel itu akan tumbuh sangat besar tapi tidak membelah
diri. Jika hanya sitokinin saja yang ditambahkan ke dalam kulit tidak
aka nada pengaruh apapun. Namun, jika sitokinin ditambahkan bersama-sama
dengan auksinsel-sel akan membelah. Rasio sitokinin terhadap auksin
mengontrol diferensiasi sel. Ketika konsentrasi kedua hormon itu hamper
sama, masa aka terus bertambah, namun tetap sebagai kalus yang tidak
terdiferensiasi. Jika sitokinin lebih banyak dari auksin, tunas batang
akan berkembang dari kalus tersebut. Jika auksin lebih pekat
dibandingkan dengan sitokinin, akar akan terbentuk. Adalah hal yang
sangat luar biasa bahwa ekspresi gen dapat dikontrol sedemikian
ekstensif hanya dengan memanipul konsentrasi dua sinyal kimia tersebut.
Sitokinin dapat menghambat penuaan beberapa organ tumbuhan, kemungkinan
dengan menghambat perombakan proteindengan merangsang sintesis RNA dan
protein dan dengan memobilisasi zat-zat makanan dari jaringan
disekitarnya. Jika daun yang dipotong dari suatu tumbuhan direndam dalam
larutan sitokinin, daun tersebut akan tetap hijau lebih lama
dibandingkan dengan yang tidak direndam. Kemungkinan sitokinin juga
memperlambat penurunan kondisi daun pada tumbuhan utuh yang masih hidup.
Karena pengaruh anti penuaan ini, para para penjual bunga menyemprotkan
sitokinin untuk mempertahankan potongan bunga agar tetap segar.
2.4 Giberelin
Beberapa abad yang lalu petani di asia mengamati beberapa benih yang
tumbuh luar biasa tinggi di sawahnya. Sebelum bibit padi ini dewasa dan
berbunga, padi tumbuh sedemikian tinggi dan kurus sehingga roboh. Di
jepang, kelainan pola pertumbuhan ini dikenal sebagai bukanea, atau “
Penyakit Benih Bodoh “ pada tahun 1926, E. Kurosawa, seorang saintis
jepang menemukan bahwa penyakit itu disebabkan oleh genus gibbereila.
Pada akhir tahun 1930-an, saintis jepang telah meyakini bahwa fungsi
menyebabkan pemanjangan padi secara berlebihan dengan cara mensekresi
suatu bahan kimia, yang diberi nama giberelin. Saintis barat akhirnya
mengetahui dan mempelajari giberelin setelah PD II. Selama 30 tahun
belakangan, saintis telah mengidentifikasi lebih dari 80 giberelin yang
berbeda yang ditemukan secara alami dalam tumbuhan, meskipun jumlahnya
jauh lebih sedikit dalam setiap spesies tumbuhan. Benih padi yang jelek
kelihatannya, menderita kelebihan dosis pengaturan pertumbuhan yang
biasanya ditemukan dengan konsentrasi yang lebih rendah pada tumbuhan
lain. Giberelin mempunyai berbagai pengaruh pada tumbuhan yaitu:
1. Pemanjangan batang
Akar dan daun muda merupakan tempat utama produksi giberelin. Giberelin
merangsang pertumbuhan pada daun dan batang, akan tetapi sedikit
pengaruhnya pada pertumbuhan akar. Pada batang, giberelin merangsang
pemanjangan sel dan pembelahan sel. Pada batang yang sedang tumbuh,
giberelin dan auksin harus bekerja bersama secara sinergis dengan
mekanisme yang masih belum kita pahami.
2. Pertumbuhan buah
Perkembangan buah adalah khasus lain dimana kita dapat mengamati control
auksin dan giberelin. Pada beberapa tumbuhan, kedua hormon itu harus
ada supaya dapat berbuah. Aplikasi komersial giberelin yang paling
adalah penyemprotan buah anggurThompson yang tidak berbiji. Hormon
tersebut menyebabkan buah anggur tumbuh lebih besar dan terpisah jauh
satu sama lain.
3. Perkecambahan
Banyak benih memiliki giberelin dalam konsentrasi tinggi, khususnya pada
embrio. Setelah air diimbibisipembebasan giberelin dari embrio akan
memberikan sinyal pada biji untuk mengakhiri dormansinya dan
berkecambah. Beberapa biji yang memerlukan kondisi lingkungan yang
khusus untuk dapat berkecambah, seperti pemaparan pada cahaya atau suhu
dingin, akan mengakhiri dormansinya jika biji tersebut diberi perlakuan
dengan suatu larutan giberelin. Di alam, giberelin dalam biji
kemungkinan merupakan penghubung antara petunjuk lingkungan dengan
proses metabolik yang memperbaharui kembali pertumbuhan embrio.
2.5 Asam Abisat
Hormon yang telah kita pelajari sejauh ini yaitu auksin,sitokinin dan
giberelin, umumnya merangsang pertumbuhan tumbuhan.sebaliknya, terdapat
masa pada kehidupan tumbuhan yang sangat menguntungkan apabila tumbuhan
memperlambat pertumbuhan dan mengambil suatu keadaan dorman (istirahat).
Hormon asam abisat (Abscisic acid, ABA), yang dihasilkan pada tunas
terminal, akan memperlambat pertumbuhan dan mengarahkan primordial daun
untuk berkembang menjadi sisik yang akan melindungi tunas yang dorman
pada musim dingin. Hormon tersebut juga menghambat pembelahan sel
kambium pembuluh. Dengan demikian, ABA tersebut membantu mempersiapkan
tumbuhan untuk menghadapi musim dingindengan cara menghentikan
pertumbuhan primer dan sekunder.
Tahapan lain dalam kehidupan suatu tumbuhan yang menguntungkan apabila
pertumbuhan dientikan adalah pada saat permulaan dormansi biji, dan
kemungkinan asam abisatlah yang bertindak sebagai penghambat
pertumbuhan. Biji akan berkecambah ketika ABA dihambat dengan cara
membuatnya tidak aktif, atau dengan membuangnya atau melalui peningkatan
aktivitas giberelin. Biji beberapa tumbuhan gurun mengakhiri
dormansinya ketika hujan lebat melunturkan ABA dari biji. Biji tumbuhan
lain memerlukan cahaya atau stimulus lain untuk memicu perombakan asam
abisat. Pada sebagian besar khasus, rasiao ABA terhadap giberelin akan
enentukan apakah biji itu akan tetap dorman atau berkecambah.
Selain peranannya sebagai suatu penghambat pertumbuhan, asam abisat
bertindak sebagai hormon “cekaman”, yang membantu tumbuhan dengan
menghadapi kondisi yang buruk. Sebagai contoh, ketika suatu tumbuhan
mulai layu, ABA akan terakumulasi di daun dan menyebabkan stomata
menutup, mengurangi transpirasi dan kehilangan air lebih banyak. Fungsi
ini bergantung pada ABA yang berasal dari akar. Pada beberapa khasus,
kekurangan air dapat member cekaman pada sistem akar sebelum menekan
sistem tunas, dan ABA yang di angkut dari akar ke daun bias berfungsi
sebagai “sistem peringatan didi”
2.6 Etilen
Pada awal abad kedua puluh, jeruk dimatangkan dengan “memeram” dalam
lumbung yang dilengkapi dengan komporminyak tanah. Petani buah yakin
bahwa panas itulah yang mematangkan buat itu, akan tetapi kompor baru
yang pembakarannya lebih bersih tidak menyebabkan buah menjadi matang.
Para ahli fisiologi tumbuhan kemudian mempelajari bahwa pematangan dalam
lumbung sesungguhnya disebabkan oleh etilen, yaitu suatu gas hasil
samping pembakaran minyak tanah. Para peneliti kemudian menunjukkan
bahwa tumbuhan menghasilkan etilennya sendiri sebagai hormon, dan hormon
ini memicu berbagai macam respons selain pematangan buah. Etilen
berbeda dari hormon tumbuhan lainnya karena hormon etilen berwujud gas.
Etilen berdifusi ke dalam tumbuhan melalui ruangan udara di antara
sel-sel. Etilen yang terlarut dapat masuk dari satu sel ke sel lain
melalui simplas.
Pada beberapa khasus, etilen bertindak dalam penghambatan pemanjangan
sel. Banyak pengaruh penghambatan yang dulu di anggap disebabkan oleh
auksin, sekarang diyakini disebabkan oleh sintesis etilenyang diinduksi
oleh konsentrasi auksin yang tinggi. Sebagi contoh, kemungkinan
etilenlah yang menghambat pemanjangan akar dan perkembangan tunas
aksiler dalam kondisi auksin berlebih. Selain peranannya sebagai
inhibitor pertumbuhan, etilen juga dikaitkan dengan berbagai proses
penuaan pada tumbuhan.
Penuaan atau senesens adalah perkembangan dari perubahan yang tidak
dapat berbalik arah yangakhirnya menuju pada kematian. Sebagai suatu
bagian normal dari perkembangan tumbuhan, senesens bias terjadi pada
individu tahap sel,seluruh organ atau seluruh tumbuhan. Unsur pembuluh
xylem dan sel gabus menua dan mati sebelum mendapatkan fungsi khususnya.
Daun musim gugur dan mahkota bunga yang layu adalah contoh organ
senesens. Tumbuhan tahunan menua dan mati setelah berbunga. Pada proses
penuaan yang telah banyak dipelajariyang dipengaruhi horinon adalah
pematangan buah dan pengguguran daun
Beberapa erubahan struktur dan metabolisme menyertai pematangan ovarium
menjadi buah. Diantara perubahan ini, termasuk juga perombakan dinding
sel yang melunakkan buah dan penurunan kandungan klorifil yang
menyebabkan kehilangan warna kehijauan, dapat dianggap sebagai proses
penuaan. Etilen memicu dan mempercepat perubahan tersebut, juga
menyebabkan beberapa jenis buah yang matang jatuh dari pohon.
Kehilangan daun setiap musim gugur merupakan adaptasi pohon untuk
menjaga agar dirinya tidak mengalami kekeringan selama musim dingin
karena akar tidak dapat menyerap air tanah yang membeku. Sebelum daun
gugur, banyak zat-zat nutrisi esensial dialirkan ke jaringan penyimpanan
dalam batang. Zat-zat nutrisi ini didaur ulang kembali untuk membentuk
daun pada musim semi berikutnya. Daun musim gugur akan berhenti membuat
klorofil yang baru sehingga kehilangan warna hijaunya. Warna musim gugur
adalah kombinasi pigmen yang barudibuat selama musim gugur dan pigmen
yang sebelumnya telah ada pada daun, akan tetapi diselubungi oleh
klorofil yang berwarna hijau gelap.
Absisi dikontrol oleh perubahan keseimbangan etilen dan auksin. Auksin
yang dihasilkan oleh daun yang menua akan semakin sedikit. Pergeseran
dalam keseimbangan hormonal ini memperkuat tumbuhan itu sendirikarena
sel dalam lapisan absisi muali menghasilkan tambahan absisi, yang
menghambat sintesis auksin oleh daun. Karena pengaruh etilen pada
lapisan absisi masih ada, sel akan menghasilkan enzim yang mencerna
selulosa dan komponen lain pada dinding sel.
2.7 Oligosakarin
Oligosakarin (oligossaccaharin) adalah gula berantai pendek yang
dilepaskan dari dinding sel melalui kerja enzim hidrolitik pada selulosa
dan pektin. Hormon ini memicu respon pertahanan tumbuhan akibat
masuknya pathogen. Oligosakarin juga membantu mengatur pertumbuhan
,diferensiasi seluler dan perkembangan bunga.
2.8 Brasinostreroid
Brasinostreroid adalah nama yang diberikan karena strukturnya
(brasinosteroid adalah steroid yang secara kimiawi mirip dengan
kolesterol dan hormon kelamin hewan) dan asal tumbuhan dimana mereka
ditemukan pertama kali (anggota family mustard brassicaceae). Hormon ini
sekarang diketahui ada pada seluruh kingdom tumbuhan dan diperlukan
untuk pertumbuhan dan perkembangan yang normal.Sebagai contoh,suatu
mutan Arabidopsis dengan pertumbuhan yang sangat terhambat akan tumbuh
secara normal jika diterapi dengan brasinosteroid tertentu.para peneliti
telah melacak mutasi sampai pada gen yang secara normal mengkode salah
satu enzim yang diperlukan untuk sintetis hormon steroid ini.
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hormon tumbuhan adalah sekumpulan senyawa organik bukan hara (nutrien),
baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia, yang dalam
kadar sangat kecil (di bawah satu milimol per liter, bahkan dapat hanya
satu mikromol per liter) mendorong, menghambat, atau mengubah
pertumbuhan, perkembangan, dan pergerakan (taksis) tumbuhan. Hormon
tumbuhan ada yang berfungsi sebagai pemicu pertumbuhan seperti hormon
etilen, hormon geberelin, hormon sitokinin dan hormon auksin.Ada juga
hormon yang berfungsi sebagai penghambat tumbuhan seperti hormon asam
absisat dan hormon pertahanan terhadap patogen seperti hormon
oligosakarin. Dengan adanya hormon-hormon tersebut tumbuhan dapat
menyesuaikan diri untuk tetap bertahan hidup menghadapi kondisi
lingkungan yang tidak menguntungkan.
3.2 Saran
Adapun saran-saran yang dapat kami sampaikan dalam makalah ini dalah:
3.2.1 Ketahuilah hormon-hormon yang terdapat pada tumbuhan dan fungsinya
agar mampu memanfaatkan tumbuhan untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari.
3.2.2 Demikianlah makalah ini kami susun. Apabila terdapat kesalahan
dalam makalah ini kami mohon maaf. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca. Dengan demikian kami ucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Anggorowati, Sulastri. Fisiologi Tumbuhan. Pusat Penerbit Universitas Terbuka
Tim Penyusun, 2003. Biologi 2A Kelas 2 SMU Semester 1. Klaten: Intan Pariwara